Ketika dahulu mendapatkan pengantar studi bahasa arab, di kenalkan bahwa ada dua macam tipe bahasa arab. Bahasa Arab Fushah–bahasa resmi– dan bahasa Arab ammiyah–bahasa pasaran–. Bahasa arab fushah inilah yang merupakan bahasa Qur’an, sementara bahasa ammiyah adalah mirip dengan bahasa gaul di tempat kita.
Namun, pertama kali berinteraksi dengan ‘native’ rekan-rekan kami ditempat kerja, ternyata bahkan dalam interaksi resmi mereka juga tidak menggunakan bahasa fushah. Ketika saya tanyakan, mereka menjawab: ” Inilah bahasa SAUDI”. “Bahasa arab fushah hanya dipakai oleh khotib ketika khutbah” katanya, ” itupun dengan membaca”.
Maka tidaklah heran, saat bersama-sama menjalankan ibadah haji tahun 2008, saya bertemu dengan guru madrasah yang keheranan.” Kenapa askar-askar tidak bisa bahasa arab ya? saya telah belajar dan mengajar bahasa arab, tapi ternyata mereka tidak mengerti yang saya tanyakan…”
Disisi lain kita pernah di ingatkan oleh Syaikh Al Bann untuk tidak berbicara melainkan dengan bahasa arab yang fushah saja.
Bahasa ammiyah yang kemudian menjadi bahasa Saudi, tentunya menjadikan isyarat kekhawatiran Al banna menjadi kenyataan. Ikatan nasionalisme dan kesukuan telah mereduksi ikatan aqidah, ukhuwah dan ke islaman. Wallahu a’lam.
NB: namun demi praktisnya, untuk jamaah haji dan terlebih untuk tki haruslah menguasai bahasa ammiyah/bahasa saudi jika akan berkunjung/bekerja ke sana. Ke depan insya allah akan di posting bhs arab amiyah praktis.
Tinggalkan komentar